MENANAM GARIS: A Tepi Barat Collective Exhibition

12:00pm, Wed 18th Jun 2025

MENANAM GARIS: A Tepi Barat Collective Exhibition

12:00pm, Wed 18th Jun 2025

MENANAM GARIS (Drawing Lines)

A Tepi Barat Collective Exhibition

Exhibition on view until 17 July 2025

Labyrinth Art Gallery, Nuanu Creative City

Opens Mon-Fri 12:00 - 8:00 PM and Sat-Sun 1:00 - 9:00 PM

Admission to the gallery is free; the ticket is only required for entry into Nuanu Creative City

Artists: Anak Agung Gede Wira Merta, I Gede Jaya Putra, I Ketut Sumantara, I Made Sutarjaya, I Nyoman Wijaya, I Wayan Gede Budayana, I Wayan Juni Antara, Made Kenak Dwi Adnyana, Ngurah Darma, NPAAW, Tri Akta Bagus Prasetya.

In a fast-moving world often filled with restlessness, well-being is a familiar yet complex concept. It refers to an ideal state—physical, mental, social—yet one that often feels abstract and elusive. The context of well-being lies not only in the tension between the ideal and the real, but more so in the awareness of our position and role in understanding what well-being truly means.

Tepi Barat, a drawing collective that identifies as line-workers and seekers, offers their reflections on this notion of well-being as a spark for feeling and creating—presented through a drawing exhibition at Labyrinth Art Gallery.

This exhibition explores well-being not as an end goal, but as a process—an active, continuous act. It is here that the line becomes essential.

In drawing practice, the line is the most basic yet most expressive form. It can record the tremble of a hand, the rhythm of breath, even the emotional state of its maker. Within this context, drawing becomes a contemplative act—a kind of visual meditation—where each stroke is a seed planted to cultivate understanding, calm, and connection with oneself and the surrounding world.

Menanam Garis (Drawing Lines) is a metaphor for care. In planting, there is intention, there is process, and there is hope for growth. In drawing, there is perseverance and attentiveness. Through the works on display, the artists interpret well-being from various perspectives: as a safe space, as harmony, as a quest, or as a struggle.

This exhibition invites viewers to slow down, sharpen their observations, and perhaps discover their own sense of well-being in the quiet, meaningful simplicity of drawn lines.

---

MENANAM GARIS

Pameran Kolektif Tepi Barat

Pameran buka hingga 17 Juli 2025

Labyrinth Art Gallery, Nuanu Creative City

Buka Senin-Jumat 12:00 - 20:00 dan Sabtu-Minggu 13:00 - 21:00

Masuk ke galeri tidak dipungut biaya; tiket hanya diperlukan untuk masuk ke Nuanu Creative City.

Seniman: Anak Agung Gede Wira Merta, I Gede Jaya Putra, I Ketut Sumantara, I Made Sutarjaya, I Nyoman Wijaya, I Wayan Gede Budayana, I Wayan Juni Antara, Made Kenak Dwi Adnyana, Ngurah Darma, NPAAW, Tri Akta Bagus Prasetya.

Dalam dunia yang bergerak cepat dan seringkali penuh kegelisahan, kesejahteraan muncul sebagai konsep yang akrab namun kompleks. Ia merujuk pada kondisi ideal—secara fisik, mental, sosial—namun seringkali abstrak dan sulit dicapai. Konteks kesejahteraan bukan hanya menjadi liku ideal maupun real, namun lebih pada ranah kesadaran akan posisi dan peran memahami apa itu kesejahteraan. 

Komunitas Tepi Barat dengan laku serta pejuang garis yang menamengi diri sebagai sebuah komunitas Drawing, mencoba menjabarkan pemahaman akan kata kesejahteraan sebagai sebuah pemantik dalam olah rasa serta olah kreasi yang dipresenting melalui rangkaian pameran di Labyrinth Art Gallery.

Pameran drawing ini mencoba menyelami makna kesejahteraan bukan sebagai hasil akhir, melainkan sebagai proses, sebuah tindakan aktif dan berkesinambungan. Di sinilah garis menjadi penting.

Garis, dalam praktik menggambar, adalah bentuk paling dasar namun paling ekspresif. Ia dapat merekam getaran tangan, ritme napas, bahkan keadaan batin pembuatnya. Dalam konteks ini, menggambar menjadi praktik kontemplatif—semacam meditasi visual—di mana setiap goresan adalah benih yang ditanam untuk menyemai pemahaman, ketenangan, dan keterhubungan dengan diri sendiri maupun lingkungan.

Menanam Garis adalah metafora untuk merawat. Dalam menanam, ada niat, ada proses, dan ada harapan akan tumbuhnya sesuatu. Dalam menggambar, ada ketekunan dan perhatian. Lewat karya-karya yang dipamerkan, para perupa menafsirkan kesejahteraan dari berbagai sudut: sebagai ruang aman, sebagai harmoni, sebagai pencarian, atau sebagai perjuangan.

Pameran ini mengundang penonton untuk memperlambat langkah, menajamkan pengamatan, dan mungkin menemukan bentuk kesejahteraan pribadi dalam ketenangan yang ditawarkan garis-garis yang sederhana namun bermakna.

Venue Details

Labyrinth Art Gallery
93CW+W9 Beraban, Tabanan Regency, Bali
Kabupaten Tabanan, Bali, 821821